Nama/NIM/Kelas : Asmi Riza Hidayati/ 156006/ 2015-A
KATA dan KLITIKA
1. KATA
A. Hakikat Kata
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. Kata merupakan bentuk yang, kedalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah, dan keluar mempunyai kemunngkinan mobilitas di dalam kalimat. Konsep tersebut menyiratkan dua hyal yaitu, pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, serta tidak dapat diselipi atau disela oleh fonem lain. Contoh: kata sikat, urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, dan /t/. Urutan tersebut tidak dapat diubah. Serta tidak dapat diselipi fonem lain. Misalnya, /s/, /i/, /u/, /k/, /a/, dan /t/. Kedua, setiap kata mempunyai kekebasan berpindah tempat di dalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain, atau juga dapat dipisahkan dengan kata lainnya.
B. Klasifikasi Kata
Menurut Alisyahbana (1954), Mess (1956), dan Hadidjaja (1958), secara tradisional dikenal adanya kata-kata yang termasuk kelas verba, nomina, adjektifa, adverbia, nemeralia, preposisi, konjungsi, pronomina, artikula, dan interjeksi. Kelas verba, nomina, dan ajektifa berisi konsep-konsep budaya, yang merupakan makna leksikal dari kata-kata kelas itu. Adverbia membawa makna atau konsep yang mendampingi kelas-kelas verba, nomina, dan ajektifa. Kelas numeralia membawa konsep-konsep hitungan, terutama untuk kelas nomina dan adverbia. Kelas preposisi membawa konsep perangakai antar verba dan nomina. Sementara kelas konjungsi membawa konsep makna penghubung antara satuan kelas nomina, antara satuan verba, dan antara satuan kelas ajektifa.kelas pronomina membawa konsep pengganti untuk anggota kelas nomina. Artikula membawa konsep penentu dan pembentuk nomina. Sedangkan yang terakhir interjeksi membawa konsep “emosi” manusia. Sebelum membahas lebih dalam, perlu dibedakan antara kelas terbuka dan kelas tertutup.
a.) Kelas Terbuka
Kelas terbuka adalah kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa (Chaer, 2008: 65). Yang termasuk kelas terbuka adalah kata-kata yang termasuk dalam kelas verba, nomina, dan ajektifa. Dimana kelas tersebut yang termasuk dalam kelas terbuka dapat menjadi dasar dalam proses morfologis.
Anggota adverbia yang tidak dapat mendampingi ketiga kelas nomuna dapat dilihat dari tabel berikut:
Adverbia
|
Kelas
| |||
N
|
V
|
A
| ||
I. Negasi
|
1. Bukan
|
+
|
(+)
|
(+)
|
2. Tidak
|
-
|
+
|
+
| |
3. Tanpa
|
+
|
+
|
-
| |
II. Frekuensi
|
1. Sering
|
-
|
+
|
-
|
2. Jarang
|
-
|
+
|
-
| |
3. Kadang-kadang
|
-
|
+
|
-
| |
III. Kuantitas (jumlah)
|
1. Banyak
|
+
|
+
|
-
|
2. Sedikit1
|
+
|
+
|
-
| |
3. Kurang1
|
+
|
+
|
-
| |
4. Cukup
|
+
|
+
|
-
| |
IV. Kualitas (derajat)
|
1. Agak
|
-
|
-
|
+
|
2. Cukup
|
-
|
-
|
+
| |
3. Lebih
|
-
|
-
|
+
| |
4. Kurang
|
-
|
-
|
+
| |
5. Sangat
|
-
|
-
|
+
| |
6. Sekali
|
-
|
-
|
+
| |
7. Paling
|
-
|
-
|
+
| |
8. Sedikit
|
-
|
-
|
+
| |
V. Kala (tenses)
|
1. Sudah
|
-
|
+
|
+
|
2. Sedang
|
-
|
+
|
+
| |
3. Tengah
|
-
|
+
|
-
| |
4. Lagi
|
-
|
+
|
+
| |
5. Akan
|
-
|
+
|
+
| |
6. Hendak
|
-
|
+
|
-
| |
7. Mau (akan)
|
-
|
+
|
-
| |
VI. Keselesaian (perfekt)
|
1. Belum
|
-
|
+
|
+
|
2. Baru
|
-
|
+
|
+
| |
3. Sedang
|
-
|
+
|
+
| |
4. Sudah
|
-
|
+
|
+
| |
VII. Keharusan
|
1. Boleh
|
(+)
|
+
|
-
|
2. Harus
|
(+)
|
+
|
-
| |
3. Wajib
|
(+)
|
+
|
-
| |
4. Mesti
|
(+)
|
+
|
-
| |
VIII. Kepastian
|
1. Pasti
|
(+)
|
+
|
+
|
2. Tentu
|
(+)
|
+
|
+
| |
3. Mungkin
|
(+)
|
+
|
+
| |
4. Seringkali
|
(+)
|
+
|
+
| |
I. Verba (Kata Kerja)
Verba adalah subkategori kata yang memiliki ciri dapat bergabung dengan partikel tidak, tetapi tidak dapat bergabung dengan pertikel di, ke, dari, sangat, lebih atau agak. Selain itu, verba juga dapat dicirikan oleh perluasan kata tersebut dengan rumus V + dengan kata sifat (Kridalaksana, 1994).
Dari bentuknya, verba dapat dibedakan menjadi:
1.) verba dasar bebas, yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. Contoh: duduk, makan, mandi, minum, dan pergi.
2.) verba turunan, yaitu verba yang telah mengalami proses morfologis. Contoh: bernyanyi, menari, makan-makan, dan senyum-senyum.
Dilihat dari banyaknya argumen, verba dapat dibedakan menjadi:
1.) verba intransitif, yaitu verba yang tidak membutuhkan objek. Contoh: bangun, tidur, jatuh, minum, dan terbang.
2.) verba transitif, yaitu verba yang harus mempunyai objek.
II. Nomina (Kata Benda)
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak, tetapi mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari (Kridalaksana, 1994).
Berdasarkan bentuknya, nomina dapat dibedakan menjadi:
1.) nomina dasar, yaitu nomina yang berupa morfem dasar. Contoh: batu, keras, radio, udara.
2.) nomina turunan, yaitu nomina yang terbentuk dari proses morfologis. Contoh: keuangan, perpaduan, kesatuan, kelebihan.
III. Ajektifa (Kata Sifat)
Ajektifa adalah kategirisasi yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1) bergabung dengan pertikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3) didampingi partikel lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis seperti -er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), -i (dalam alami), atau (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an seperti adil menjadi keadilan, halus menjadi kehalusan, yakin menjadi keyakinan.
Dari bentuknya, ajektifa dapat dibedakan menjadi:
1.) ajektifa dasar, yaitu ajektifa yang belum mendapat proses morfologis. Contoh: adil. Bagus, bebas, suci.
2.) ajektifa turunan, yaitu ajektiva yang terjadi melalui proses morfologis seperti terhormat, berbakti, berminat, hewani, insani.
b.) Kelas Tertutup
Kelas tertutup adalah kelas kata yang jumlah keanggotaannya terbatas dan tidak tampak kemungkinan untuk bertambah atau berkurang (Chaer, 2008: 83). Yang termasuk kelas tertutup adalah kelas-kelas adverbia, kelas preposisi, kelas konjungsi, kelas artikula, dan kelas interjeksi. Kelas tertutup ini boleh dikatakan tidak pernah menjadi dasar dalam suatu proses morfologis.
I. Adverbia (Kata Keterangan)
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektifa, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia adalah konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi. Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan turunan.
1.) adverbia dasar bebas misalnya, alangkah, agak, banget (tidak baku), cuma, sungguh, pernah, pula, telah, sering.
2.) adverbia turunan terbagi atas:
(a) adverbia turunan yang tidak berpindah kelas misalnya, jangan-jangan, paling-paling, tidak boleh, tidak boleh tidak, tidak mungkin.
(b) Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas misalnya, terlalu, terlampau, mula-mula, sendiri-sendiri.
(c) Adverbia deajektifal misalnya, baik-baik, benar-benar, jauh-jauh.
(d) Adverbia denumeralia misalnya sedikit-sedikit, dua-dua.
(e) Adverbia deverbal misalnya, kira-kira, tahu-tahu.
II. Pronomina (Kata Ganti)
1.Pronomina disebut kata ganti karena tugasnya memang menggantikan nomina yang ada. Secara umum dibedakan menjadi empat macam pronomina, yaitu (1) pronomina persona atau kata ganti diri, (2) pronomina demontrativa atau kata ganti penunjuk, (3) pronomina introgativa atau kata ganti tanya, dan pronomina tak tentu.
1.) kata ganti diri
Kata ganti diri adalah pronomina yang menggantikan nomina atau orang yang diorangkan, baik berupa nama diri atau bukan nama diri. Kata ganti ini dibedakan atas:
(a) kata ganti orang pertama tunggal, yaitu saya dan aku; orang pertama jamak yaitu kami dan kita.
(b) Kata ganti diri orang kedua tunggal, yaitu kamu dan engkau; orang kedua jamak yaitu kalian kamu sekalian.
(c) Kata ganti diri orang ketiga tungggal, yaitu ia, dia, dan nya; orang ketiga jamak yaitu mereka.
2.) kata ganti penunjuk
Kata ganti penunjuk atau pronomina demontratif adalah kata ini dan itu yang digunakan untuk menggantikan nomina sekaligus dengan penunjukan. Kata ganti penunjuk ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang dekat dari pembicaraan sedangkan kata ganti penunjuk itu digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicaraan.
3.) kata ganti tanya
Kata ganti tanya atau pronomina interogatifa adalah kata yang digunakan untuk bertanya atau menanyakan sesuatu. Kata ganti tanya ini adalah apa, siapa, kenapa, mengapa, berapa, bagaimana, dan mana.
Kata ganti tanya apa digunakan untuk menenyakan nomina (benda atau hal). Kata ganti tanya siapa digunakan untuk menanyakan nama diri atau nama jabatan seseorang. Kata ganti tanya mengapa dan kenapa digunakan untuk menanyakan sebab terjadinya sesuatu. Kata ganti tanya berapa digunakan untuk menanyakan jumlah atau banyaknya sesuatu. Kata ganti tanya bagaimana digunakan untuk menenyakan hal, proses terjadinya sesuatu. Kata ganti mana digunakan untuk menanyakan tempat keberadaan.
4.) pronomina tak tentu
Pronomina tak tentu atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang digunakan untuk menggantikan nomina yang tidak tentu. Yang termasuk kata ganti tak tentu adalah seseorang, salah seorang, siapa saja, setiap orang, masing-masing, suatu, sesuatu, salah satu, beberapa, dan sewaktu-waktu.
III. Numeralia
1.) Kata bilangan
Numeralia atau kata bilangan adalah kata-kata yang menyatakan bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan himpunan.menurut bentuk dan fungsinya biasanya ada kata bilangan utama, bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan tingkat, dan kata bantu bilangan.
2.) kata bantu bilangan
Kata bantu bilangan disebut juga kata penjodoh bilangan, atau kata penggolong bilangan adalah kata-kata yang digunakan sebagai tanda pengenal nomina tertentu dan ditempatkan diantara kata bilangan dengan nominanya. Kata bantu bilangan yang sering digunakan adalah orang untuk manusia, ekor untuk binatang, dan buah untuk benda umum. Salain itu, digunakan juga kata-kata batang, lembar, helai, butir, biji, pucuk, bilah, mata, tangkai, kuntum, tandan. Carik, kaki, pasang, dan rumpun.
IV. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang digunakan untuk merangkaikan nomina dengan verba di dalam suatu klausa. Secara semantik preposisi ini menyatakan makna.
1.) tempat berada, yaitu preposisi di, pada, dalam, atas, dan antara.
2.) arah asal, yaitu preposisi dari.
3.) arah tujuan, yaitu preposisi ke, kepada, akan, dan tehadap.
4.) pelaku, yaitu preposisi oleh.
5.) alat, yaitu preposisi dengan dan berkat.
6.) perbandingan, yaitu preposisi daripada.
7.) hal atau masalah, yaitu preposisi tentang dan mengenai.
8.) akibat, yaitu preposisi hingga/sehingga dan sampai.
9.) tujuan, yaitu preposisi untuk, buat, guna, dan bagi.
V. Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa, atau antara kalimat dengan kalimat. Dilihat dari tingkat kedudukannya konjungsi dibedakan menjadi (1) konjungsi koordinatif, dan konjungsi subordinatif. Dilihat dari luas jangkauannya ada (1) konjungsi intrakalimat, dan (2) konjungsi antarkalimat.
VI. Artikulus
Artikulus atau kata sandang adalag kata-kata yang berfungsi sebagai penentu atau mendefinitkan sesuatu nomina, ajektifa, atau kelas lain. Artikulus yang ada dalam bahasa Indonesia adalah si dan sang.
VII. Interjeksi
Interjeksi adalah kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan batin, misalnya, karena kaget, marah, terharu, kangen, kagum, sedih. Di lihat dari strukturnya ada dua macam interjeksi. Pertama, yang berupa kata-kata singkat seperti wah, cih, hai, oi,oh, nak, dan hah. Kedua, yang berupa kata-kata biasa, seperti aduh, celaka, gila, kasihan,, bangsat, astaga, alhamdulillah, dan masya Allah.
VIII. Partikel
Di samping kata-kata ynag termasuk dalam kelas-kelas diatas ada pula sejumlah bentuk yang disebut partikel seperti lah, kah, tah, pun, dan per. Partikel ini ada yang sebagi penegas, tetapi ada pula yang bukan.
C. Pembentukan Kata secara Inflektif dan Derivatif
Dalam proses pembentukan kata inflektif identitas leksikal kata yang dihasilkan sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Sebaliknya dalam proses pembentukan kata derivatif identitas bentuk yang dihasilkan tidak sama dengan identitas leksikal bentuk dasarnya. Contoh: pembentukan kata membeli dari dasar beli adalah sebuah kasus inflektif, tetapi pembentukan kata pembeli dari dasar beli adalah sebuah kasus derivatif. Dasar beli dan kata membeli sama-sama berkategori verba, sedangkan dasar beli dan kata pembeli tidak sama kategorinya beli adalah verba dan pembeli adalah nomina.
2. KLITIKA
Klitika adalah semacam imbuhan yang dalam ucapan tidak mempunyai tekanan sendiri dan tidak merupakan kata karena tidak dapat berdiri sendiri. Jadi, klitika merupakan bentuk yang selalu terikat pada bentuk (kata) lain. Macam-macam klitika diantaranya:
1.) Kata Berklitika -lah, Contoh :
a. Pergilah sekarang, sebelum hujan turun.
b. Masuklah!
c. Kalau Anda mau, ambillah satu atau dua!
d. Jadilah pemukiman itu pemasok terbesar sayur-mayur.
e. Dialah yang menggugat soal itu.
f. Cara seperti itu tidaklah pantas.
g. Akulah yang bertanggung jawab.
h. Iwanlah yang mencari kamu kemarin.
2.) Berklitika pun, Contoh :
a. Mereka pun akhirnya senang tinggal di lokasi itu.
b. Yang tidak perlu pun dibelinya.
c. Andilah yang datang ke sini semalaman. (bukan orang lain)
d. Kalau Andi pergi, Susi pun pergi. (susi juga pergi)
e. Ditraktir pun aku tak sudi.
f. Meskipun ditraktir, aku tak sudi.
3.) Klitika –ku, -mu, nya
Fungsi:
a. Sebagai penunjuk kepunyaan. Contoh: rumahku, rumahmu, rumahnya.
b. Sebagai alat pembentuk kata benda. Contoh: salah (kata sifat) = salahmu (kata benda); duduk (kata benda) = duduknya(kata benda).
c. Sebagai objek penderita Contoh: Sudah beberapa kali ia membujukku. Ia memandangnya tajam-tajam.
d. Sebagai objek penyerta. Contoh: Surat itu telah kukirimkan kepadanya. Barang-barang ini sengaja dia bel untukmu.
Khusus untuk –nya, selain sebagai klitika atau kata ganti orang, juga berfungsi sebagai imbuhan. Fungsi imbuhan –nya adalah sebagai berikut;
a. Sebagai pembentuk kata keterangan. Contoh: Agaknya akan turun hujan hari ini. Tidak selamanya orang menderita.
b. Sebagai penunjuk. Contoh: Penyakit seperti ini sukar dicari obatnya. Rumah kami besar, kamar-kamarnya luas.
c. Bersama-sama dengan awalan se- menyatakan superlative. Contoh: Sepandai-pandainya tupai melompat, sekali gagal juga. Sepeda adik yang baru dibeli bercat merah.
Pemakaian –nya pada kata rumah & sepeda adalah tidak perlu karena rujukannya sudah dinyatakan langsung. Perhatikan kalimat di bawah ini:
a. Rumah paman bertingkat dua. b. Rumahnya bertingkat dua.
a. Sepeda adik yang baru dibeli bercat merah. b. Sepedanya bercat merah.
https://id.wikipedia.org/wiki/Afiks
Sumber:
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kajian Morfologi. Bandung: Rafika Aditama.
apakah bentuk lah dan pun termasuk klitik? Ada konsep umum bahwa klitik bentuk kopian atau salinan berupa bentuk kecil dari satuan lain yang merupakan sumber atau padanannya....
BalasHapus