Nama/NIM/Kelas : Asmi Riza Hidayati/ 156006/ 2015-A
PROSES MORFOLOGI
Proses morfologi pada dasarnya adalah sebuah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Prosedur ini berbeda dengan analisis morfologi yang mencerai-ceraikan kata (sebagai satuan sintaksis) menjadi bagian-bagian atau satuan-satuan yang lebih kecil. Jadi, dapat disimpulkan bahwa analisis morfologi adalah mencerai-ceraikan data kebahasaan yang ada. Sedangkan proses morfologi mencoba menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk yang lebih besar berupa kata kompleks atau kata yang polimorfemis.
AFIKSASI
Afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba, berkategori nomina, maupun berkategori ajektiva.
A. Pembentukann Verba
Afiks-afiks pembentuk verba antara lain yaitu, prefiks ber-, konfiks dan klofiks ber-an, sufiks -kan, sufiks -i, prefiks per-, konfiks per-kan, konfiks per-i, prefiks me-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks ke-, dan konfiks ke-an.
1. Verba berprefiks ber-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa morfem dasar terikat, morfem dasar bebas, bentuk turunan berafiks, bentuk turunan reduplikasi, dan bentuk turunan hasil komposisi. Makna gramatikal verba berprefiks ber- yanng dapat dicacat adalah yang menyatakan:
a.) mempunyai dasar atau ada dasarnya
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ benda), (+ umum), (+ milik), dan (+ bagian). Contoh: beristri ‘mempunyai istri’ dan bermesin ‘ada mesinnya’.
b.) memakai atau mengenakan (dasar)
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ pakaian) atau (+ perhiasan). Contoh: berkebaya ‘memakai kebaya’ dan berjilbab ‘memakai jilbab’.
c.) mengendarai atau menumpang/naik (dasar)
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ kendaraan). Contoh: bersepeda ‘mengendarai sepeda’ dan berkuda ‘naik kuda’.
d.) berisi atau mengandung (dasar)
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ benda), (+ dalaman), (+ kandungan). Contoh: beracun ‘mengandung racun’ dan berair ‘berisi’.
e.) mengeluarkan atau menghasilkan (dasar)
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ benda), (+ hasil), dan (+ keluar). Contoh: berproduksi ‘menghasilkan produksi’ dan bertelur ‘mengeluarkan telur’.
f.) mengusahakan atau mengerjakan
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ bidanng usaha). Contoh: berladang ‘mengusahakan ladang’ dan bersawah ‘mengerjakan sawah’.
g.) melakukan kegiatan
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ benda), dan (+ kegiatan). Contoh: berdiskusi ‘melakukan diskusi’ dan berolahraga ‘melakukan olahraga’.
h.) mengalami atau berada dalam keadaan
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ perasaan batin). Contoh: bergembira ‘dalam keadaan gembira’ dan bersedih ‘dalam keadaan bersedih’.
i.) menyebut atau menyapa
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ kerabat) dan (+ sapaan). Contoh: berkakak ‘menyebut kakak’ dan berabang ‘memanggil abang’.
j.) kumpulan atau kelompok
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ jumlah) dan (+ hitungan). Contoh: berdua ‘kumpulan dari dua (orang)’ dan bertiga ‘kumpulan dari tiga (orang)’.
k.) memberi
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ benda) dan (+ berian). Contoh: bersedekah ‘memberi sedekah’ dan berpetuah ‘memberi petuah’.
2. Verba berkonfiks dan berklofiks ber-an
Ber-an sebagaik konfiks memiliki satu makna sedangkan ber-an sebagai klofiks memiliki makna sendiri-sendiri. Makna gramatikal verba berkonfiks ber-an adalah:
a.) banyak serta tidak teratur
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ tindakan), (+ sasaran), dan (+ gerak). Contoh: berlarian ‘banyak yang berlari dan tidak teratur’ dan berlompatan ‘banyak yang lompat dan tidak teratur’.
b.) saling atau berbalasan
Apabila bentuk dasarnya mempunyai komponen makna (+ tindakan), (+ sasaran), dan (+ gerak). Contoh: bersentuhan ‘saling bersentuhan’ dan bermusuhan ‘saling memusuhi’.
c.) saling berada di
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ benda), (+ letak), dan (+ tempat). Contoh: berhadapan ‘saling berada di hadapan’ dan bersebelahan ‘saling berada di sebelah’.
3. Verba berklofiks ber-an
Verba berklofiks ber-an dibentuk dengan proses, mula-mula pada bentuk dasar diimbuhkan prefiks ber-, lalu diimbuhkan pula sufiks -kan. Prefiks ber- dan sufiks -an pada verba ber-an memiliki maknanya masing-masing, dimana prefiks ber- memiliki makna gramatikal seperti pada bab sebelumnya, sedangkan sufiks -kan memiliki makna gramatikal ‘akan’. Contoh: bersenjatakan ‘menggunakan senjata akan (pedang)’ dan berdasarkan ‘menggunakan dasar akan (Pancasila)’.
4. Verba bersufiks -kan
Dalam prosesnya, sufiks -kan bila diimbuhkan pada dasar yang mamiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran) akan membentuk verba bitranssitif, yaitu verba yang berobjek dua. Bila diimbuhkan pada dasar yang lain, sufiks -kan akan membentuk pangkal (stem) yang menjadi dasar dalam pembentukan verba inflektif. Verba bersufiks -kan memiliki makna gramatikal:
a.) jadikan
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ sifat khas). Contoh: satukan ‘jadikan satu’ dan damaikan ‘jadikan damai’.
b.) jadikan berada di
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat) atau (+ arah). Contoh: pinggirkan ‘jadikan berada di pinggir’ dan ketengahkan ‘jadikan berada di tengah’.
c.) lakukan untuk orang lain
Apabila bbentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh: bukakan ‘lakukan buka untuk (orang lain)’ dan ambilkan ‘lakukan ambil untuk (orang lain)’.
d.) lakukan akan
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh: hindarkan ‘lakukan hindar akan’ dan hapuskan ‘lakukan hapus akan’.
e.) bawa masuk ke
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ ruang). Contoh: rumahkan ‘bawa masuk ke rumah’ dan gudangkan ‘bawa masuk ke gudang’.
5. Verba bersufiks -i
Verba bersufiks -i adalah verba intransitif, yang berlaku juga sebagai pangkal (stem) dalam pembentukan verba inflektif. Verba bersufiks -i memiliki makna gramatikal:
a.) berulang kali
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh: pukuli ‘pekerjaan pukul dilakukan berulang kali’ dan tendangi ‘pekerjaan tendang dilakukan berulang kali’.
b.) tempat
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tempat). Contoh: lewati ‘lakukan lewat di...’ dan datangi ‘datang di...’.
c.) merasa sesuatu pada
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin) atau (+ emosi). Contoh: kasihi ‘merasa kasih pada’ dan sukai ‘merasa suka pada’.
d.) memberi tau membubuhi
Apabila bemtuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bahan berian). Contoh: airi ‘beri air pada’ dan danai ‘beri dana pada’.
e.) jadikan atau sebabkan
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ sifat). Contoh: jauhi ‘jadikan jauh’ dan dekati ‘jadikan dekat’.
f.) lakukan pada
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ tempat). Contoh: diami ‘lakukan diam pada’ dan siasati ‘lakukan siasat pada’.
6. Verba berprefiks per-
Verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal (stem) dalam pembentuka verba inflektif. Verba berprefiks per- memiliki makna gramatikal:
a.) jadikan lebih
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) atau (+ situasi). Contoh: perlambat ‘jadikan lebih lambat’ dan perluas ‘jadikan lebih luas’.
b.) anggap sebagai atau jadikan
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh: peristri ‘jadikan istri’ dan peranak ‘jadikan anak’.
c.) bagi
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ jumlah) atau (+ bilangan). Contoh: perseribu ‘bagi seribu’ dan perseratus ‘bagi seratus’.
7. Verba berkonfiks per-kan
Verba berkonfiks per-an adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di-, atau berprefiks ter-). Verba berkonfiks per-kan memiliki makna gramatikal:
a.) jadika bahan per-an
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kegiatan). Contoh: perdebatkan ‘jadikan bahan perdebatan’ dan pertanyakan ‘jadikan bahan pertanyaan’.
b.) lakukan supaya
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: pertagaskan ‘lakukan supaya tegas’ dan perbedakan ‘lakukan supaya beda’.
c.) jadikan me-
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan). Contoh: perdengarkan ‘jadikan (orang lain) mendengar’ dan perlihatkan ‘jadikan (orang lain) melihat’.
d.) jadikan ber-
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh: perhubungkan ‘jadikan berhubungan’ dan petemukan ‘jadikan bertemu’.
8. Verba berkonfiks per-i
Verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pangkal dalam pembentukan verba inflektif (berprefiks me- inflektif, di- inflektif atau ter- inflektif). Verba berkonfiks per-i memiliki makna gramatikal:
a.) lakukan supaya jadi
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: perlengkapi ‘lakukan supaya jadi lengkap’ dan perbaiki ‘lakukan supaya jadi baik’.
b.) lakukan (dasar) pada objeknya
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ lokasi). Contoh: perlindungi ‘lakukan lindungi pada objeknya’ dan persetujui ‘lakukan setuju pada objeknya’.
9. Verba berprefiks me-
Perlu dibedakan adanya dua macam prefiks me-, yaitu prefiks me- inflektif dan prefiks me- derivatif. Perbedaan dari keduanya adalah prefiks me- inflektif secara gramatikal dapat diganti dengan prefiks di- inflektif atau prefiks ter- inflektif. Sedangkan prefiks me- derivatif tidak dapat diganti dengan prefiks di- maupun prefiks ter-.
1.) Verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal:
a.) melakukan (dasar)
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh: membeli ‘melakukan beli’ dan mencuri ‘melakukan curi’.
b.) melakukan kerja dengan alat
Apabila bentuk dasarnya mamiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ alat). Contoh: memahat ‘melakukan kerja dengan alat pahat’ dan mengail ‘melakukan kerja dengan alat kail’.
c.) melakukan kerja dengan bahan
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ bahan). Contoh: mengecat ‘melakukan kerja dengan bahan cat’ dan mengelem ‘melakukan kerja dengan bahan lem’.
d.) membuat dasar
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ benda hasil). Contoh: menggambar ‘membuat gambar’ dan mendekor ‘membuat dekor’.
2.) Verba berprefiks me- derivatif memiliki makna gramatikal:
a.) makan, minum, mengisap
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ makanan), (+ minuman), atau (+ isapan). Contoh: merokok ‘menghisap rokok’, menyate ‘makan sate’, dan mengeteh ‘minum teh’.
b.) mengeluarkan
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bunyi) atau (+ suara). Contoh: mengeong ‘mengeluarkan bunyi ngeong’ dan menderik ‘mengeluarkan bunyi derik’.
c.) menjadi
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan (warna, bentuk, dan situasi)). Contoh: memerah ‘menjadi merah’ dan menua ‘menjadi tua’.
d.) menjadi seperti
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sifat khas). Contoh: membatu ‘menjadi seperti batu’ dan membaja ‘menjadi seperti baja’.
e.) menuju
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ arah). Contoh: menepi ‘menuju tepi’ dan mendarat ‘menuju darat’.
f.) memperingati
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bilangan), (+ hari), atau (+ bulan). Contoh: menujuh bulan ‘memperingati bulan ketujuh (kehamilan)’ dan menyeribu hari ‘memperingati hari keseribu (kematian)’.
10. Verba berprefiks di-
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di- inflektif dan verba berprefiks di- derivatif.
a.) verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Tindakan dari verba berprefiks me- inflektif. Maka makna gramatikalnya adalah kebalikan dari bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif.
b.) verba berprefiks di- derivatif sejauh data yang diperoleh hanya ada kata dimaksud, yang lain tidak ada.
11. Verba berprefiks ter-
Ada dua macam verba berprefiks ter- yaitu verba berprefiks ter- inflektif dan verba berprefiks ter- derivatif
1.) verba berprefiks ter- inflektif memiliki makna gramatikal:
a.) dapat atau sanggup
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh: terangkat ‘dapat diangkat’ dan terlihat ‘dapat dilihat’.
b.) tidak sengaja
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ sasaran). Contoh: terbawa ‘tidak sengaja dibawa’ dan terangkut ‘tidak sengaja diangkut’.
c.) sudah terjadi
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan) dan (+ keadaan). Contoh: terbakar ‘sudah terjadib (bakar)’ dan terjepit ‘sudah terjadi (jepit)’.
d.) yang di
Apabila digunakan dalam istilah bidang hukum. Contoh: tedakwah ‘yang didakwah’ dan tersangka ‘yang disangka’.
2.) verba berprefiks ter- derivatif memiliki makna gramatikal:
a.) paling
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: terbaik ‘paling baik’ dan tertinggi ‘paling tinggi’.
b.) dalam keadaan
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan) dan (+ kejadian). Contoh: tergeletak ‘dalam keadaan geletak’ dan terdampar ‘dalam keadaan dampar’.
c.) terjadi dengan tiba-tiba
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ kejadian). Contoh: teringat ‘tiba-tiba ingat’ dan terpeluk ‘tiba-tiba memeluk’.
12. Verba berprefiks ke-
Verba berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak baku.fungsi dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks ter-. Makna gramatikal yang dimiliki , antara lain: ‘tidak sengaja’, ‘dapat di’, dan ‘kena’.
13. Verba berkonfiks ke-an
Verba berkonfiks ke-an termasuk verba pasif, yang tidak dapat dikembalikan ke dalam verba aktif, seperti verba pasif di- dan verba pasif ter-. Verba berkonfiks ke-an mamiliki makna gramatikal:
a.) terkena, menderita atau mengalami
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ peristiwa alam) atau (+ hal yang tidak enak). Contoh: kedinginan ‘menderita dingin’ dan kebanjiran ‘terkena banjir’.
b.) agak
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ warna). Contoh: kemerahan ‘agak merah’ dan kehitaman ‘agak hitam’.
B. Pembentukan Nomina
Afiks-afiks pembentuk nomina turunan adalah prefiks ke-, konfiks ke-an, prefiks pe-, konfiks pe-an, konfiks per-an, sufiks -an, sufiks -nya, prefiks ter-, infiks -el, -em, dan -er, dan sufiks dari bahasa asing.
1. Nomina berprefiks ke-
Nomina berprefiks ke- sejauh data yang ada hanya ada tiga kata, yaitu ketua, kekasih, dan kehendak dengan makna gramatikal ‘yang dituai’, ‘yang dikasihi’, dan ‘yang dikehendaki’.
2. Nomina berkonfiks ke-an
Ada dua macamproses pembentukan nomina dengan konfiks ke-an. Pertama, yang dibentuk langsung dari bentuk dasar baik dari akar tunggal maupun akar majemuk. Kedua, yang dibentuk dari akar, tetapi melalui verba atau (yang dibentuk melalui akar tersebut) yang menjadi predikat dalam satu klausa.
1.) nomina berkonfiks ke-an yang memiliki makna gramatikal ‘hal (dasar)’ atau ’tentang (dasar)’, dan ‘tempat’ atau ’wilayah’.
a.) hal atau tentang
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bendaan) dan (+ objek bicara). Contoh: kebersamaan ‘hal bersama’ dan ketidakadilan ‘hal tidak adil’.
b.) tempat atau wilayah
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bendaan), (+ wilayah), dan (+ jabatan). Contoh: kerajaan ‘wilayah raja’ dan kesultanan ‘wilayah sultan’.
2.) nomina berkonfiks ke-an yang memiliki makna gramatikal ‘hal’ dan ‘hasil’.
a.) hal
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: keberanian ‘hal berani’ (yang dibentuk dari verba berani, dari klausa ‘anak itu berani sekali’), dan kebencian ‘hal benci’ (yang dibentuk dari verba benci, dari klausa ‘dia memang benci kepada saya’).
b.) hasil
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ tindakan), dan (+ sasaran). Contoh: ketetapan ‘hasil menetapkan’ (yang dibentuk dari klausa ‘MPR menetapkan RUU itu’).
3. Nomina berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembentukan nomina dengan prefiks pe-. Pertama, yang mengikuti kaidah persengauan, kaidah ini mempunyai hubungan dengan verba berprefiks me- transitif dan verba dasar. Dan yang kedua, yang tidak mengikuti kaidah persengauan, dimana kaidah ini mempunyai hubungan dengan verba berprefiks ber- yang menyatakan tindakan.
1.) nomina berprefik pe- yang mengikuti kaidah persengauan, dibentuk dari dasar melalui verba dari suatu klausa, sehingga memiliki makna gramatikal:
a.) yang (dasar)
Apabila dibentuk dari dasar melalui verba yang sama dengan dasarnya. Contoh: pemabuk (dari verba mabuk dalam kalimat “anak-anak itu sering mabuk di sana”), dan pemalas (dari verba malas dalam kalimat “anak itu memang malas”).
b.) yang me- (dasar)
Apabila dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me- yang dibentuk dari dasar itu. Contoh: penulis (dari dasar tulis melalui verba menulis), dan penonton (dari dasar tonton melalui verba menonton).
c.) yang me-kan
Apabila dibentuk dari dasar melalui verba berklofiks me-kan yang dibentuk dari dasar itu. Contoh: pembersih (dari dasar bersih melalui verba membersihkan), dan pewangi (dari dasar wangi melalui verba mewangikan).
d.) yang me-i
Apabila dibentuk dari dasar melalui verba me-i yang dibentuk dari dasar itu. Contoh: pewaris (dari dasar waris melalui verba mewarisi), dan penurut (dari dasar turut melalui verba menuruti).
2.) nomina berprefiks pe- yang tidak mengikuti kaidah persengauan, yang memiliki makna ‘yang ber- (dasar)’. Contoh: pedagang (dari dasar dagang melalui verba berdagang), dan petapa (dari dasar tapa melalui verba bertapa).
3.) nomina berprefiks pe- melalui proses analogi, ada dua macam pembentukan nomina berprefiks pe- yang dibentuk melalui proses analogi. Pertama, adanya bentuk penyuruh (dengan makna gramatikal ‘yang menyuruh’) dan bentuk pesuruh (dengan makna gramatikal ‘yang disuruh’), maka dibentuklah pasangan:
- penatar ‘yang menatar’ dan petatar ‘yang ditatar’.
- penyuluh ‘yang menyuluh’ dan pesuluh ‘yang disuluh’.
Kedua, adanya bentuk petinju dan pegulat dengan makna gramatikal ‘yang berolahraga tinju’ dan ‘yang berolahraga gulat’. Semua istilah olahraga ini tidak mengenal kaidah persengauan.
4. Nomina berkonfiks pe-an
Proses pembentukan nomina berkonfiks pe-an dilakukan dari dasar melalui verba berprefiks me-, berklofiks me-kan atau berklofiks me-i. Oleh karena itu, memiliki makna gramatikal:
a.) proses atau hal me-
Apabial dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me- inflektif. Contoh: penutupan ‘hal menutup’ dan pembayaran ‘hal membayar’.
b.) hal atau proses me-kan
Apabila dibentuk dari dasar melalui verba berklofiks me-kan yang dibentuk dari dasar itu. Contoh: pembenaran ‘hal membenarkan’ dan penjelasan ‘hal menjelaskan’.
c.) hal atau proses me-i
Apabila dibentuk dari dasar melalui verba berklofiks me-i yang dibentuk dari dasar itu. Contoh: pembenahan ‘hal membenahi’ dan pengobatan ‘hal mengobati’.
5. Nomina berkonfiks per-an
Makan garamatikal nomina yang berkonfiks per-an, baik yang dibentuk dari dasar melalui verba ber-, maupun yang langsung dari dasar adalah ‘hal atau entang (dasar)’. Namun dalam pemakaian memiliki makna, antara lain:
a.) ‘hal ber- (dasar)’, contoh: pergerakan ‘hal bergerak’ dan perdebatan ‘hal berdebat’.
b.) ‘hal, tentang atau masalah (dasar)’, contoh: perekonomian ‘hal ekonomi’ dan perhotelan ‘hal hotel’.
c.) ‘daerah, wilayah, atau tempat’, contoh: pegunungan ‘daerah gunung’ dan peristirahatan ‘tempat istirahat’.
6. Nomina bersufiks -an
Ada tiga macam pembentukan nomina bersufiks -an, diantaranya:
1.) nomina bersufiks -an yang dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks me- inflektif memiliki makna gramatikal:
a.) hasil me-
Apabila hubungan antara verba me- inflektif yang dibentuk dari dasar itu dengan objeknya menyatakan hasil. Contoh: masakan ‘hasil masakan (diturunkan melalui verba memasak, di mana hubungan verba memasak dengan objeknya, misalnya, gulai, mempunyai hubungan dengan hasil)’.
b.) yang di
Apabila hubungan antara verba me- inflektif yang dibentuk dari dasar itu dengan objeknya menyatakan ‘sasaran’. Contoh: makanan di lemari sudah tidak tersisa lagi.
c.) alat me-
Apabila verba berprefiks me- yang dilaluinya memilikin komponen makna (+ alat), seperti nomina saringan (dari verba menyaring) dalam kalimat “mobil ini mogok karena saringan bensinnya tersumbat”.
2.) nomina bersufiks -an yang dibentuk dari dasar melalui verba berprefiks ber- memiliki makna gramatikal ‘tempat ber- (dasar)’. Contoh: nomina kubangan dalam kalimat “lubang-lubang di jalan itu ada yang sebesar kubangan kerbau” (kubangan ‘tempat berkubang’).
3.) nomina bersufiks -an dibentuk dari langsung memiliki makna gramatikal:
a.) tiap-tiap
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ ukuran) atau (+ takaran). Contoh: majalah ini terbit bulanan.
b.) banyak
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ bendaan) dan (+ kecil). Contoh: kakak masih muda, tapi rambutnya sudah ubanan.
c.) bersifat
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: saya tidak mau membeli barang murahan.
7. Nomina bersufiks -nya
Ada dua bentuk -nya, yaitu -nya sebagai pronomina orang ketiga tunggal dan -nya sebagi sufiks. Sebagai sufiks -nya membentuk nomina dengan makna gramatikal:
a.) hal
Apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ keadaan). Contoh: naiknya harga BBM mengurangi pendapatan sopir taksi.
b.) penegasan
Apabila bentuk dasarnay memiliki komponen makna (+ bendaan) atau (+ tindakan). Contoh: datangnya pak camat disambut hangat oleh masyarakat.
8. Nomina berprefiks ter-
Nomina berprefiks ter- dengan makna gramatikal ‘yang di’ hanya terdapat sebagai istilah dalam bidang hukum. Misalnya, tersangka, terdakwah, tertuduh, tergugat, terpidana, dan lain-lain.
9. Nomina berinfiks -el-, -em-, dan -er-
Infiksasi dalam bahasa Indonesia sudah tidak produktif lagi. Artinya, tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru. Nomina berinfiks yang ada adlah:
Tapak - telapak
Tunjuk - telunjuk
Getar - gemetar
Suling - seruling
Gigi - gerigi
Patuk - pelatuk
Gendang - genderang
10. Nomina bersufiks asing
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak menyerap kosakata dari bahsa Asing, terutama dari bahasa Arab, Inggris, dan Belanda. Kosakata yang diserap itu biasanya secara utuh. Artinya kosakata itu diserap secara sekaligus dengan sufiks yang menjadi penanda kategori kata serapan. Sufiks penanda kelas atau kategori nomina, antara lain:
a.) in pada kata: hadirin, muslimin, mukminin. (bermakna ‘laki-laki yang’)
b.) at pada kata: hadirat, muslihat, mukminat. (bermakna ‘perempuan yang’)
c.) -ah pada kata: gairah dan hafizah. (bermakna ‘perempuan yang’)
d.) si pada kata: musisi dan politisi. (bermakna ‘yang bergerak dalam bidang’)
e.) -ika pada kata: fisika dan matematika. (bermakna ‘ilmu tentang’)
f.) -ir pada kata: importir dan eksportir. (bermakna ‘pelaku kegiatan’)
g.) -ur pada kata: direktur dan inspektur. (bermakna ‘laki-laki yang menjadi’)
h.) -us pada kata: politikus dan kritikus. (bermakna ‘orang yang melakukan’)
i.) -isme pada kata: kapitalisme dan feodalisme. (bermakna ‘paham mengenai’)
j.) -sasi pada kata: organisasi dan inventarisasi. (bermakna ‘proses pe-an’)
k.) -or pada kata: aktor dan indikator. (bermakna ‘yang melakukan/menjadi’)
C. Pembentukan Ajektiva
Berikut adalah kata-kata berafiks yang bertumpang tindih dalam kelas kata ajektiva:
1. Dasar ajektiva berprefiks pe-
Ada dua macam proses pembubuhan prefiks pe- pada dasar ajektiva, yaitu:
a.) pemberian afiks pe- secara langsung dapat terjadi jika dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+ sikap batin) dan memberi makna gramatikal ‘yang memiliki sifat (dasar)’. Contoh: pemalu, pemarah, pengecut, pemberani.
b.) pemeberian afiks pe- melalui verba berklofiks me-kan dapat terjadi apabila dasar ajektiva itu memiliki komponen makna (+ keadaan fisik) dan memberi makan gramatikal ‘yang menjadikan’. Contoh: pembersih, pencemar, pengering, pendingin.
2. Dasar ajektiva berprefiks se-
Pemberian prefiks se- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘sama dengan nomina yang mengikutinya’. Contoh: sepintar A, ‘sama pintar dengan A’ dan secantik B, ‘sama cantik dengan B’.
3. Dasar ajektiva bersufiks -an
Pemberian sufiks -an pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘lebih pada nomina yang mengikutinya’. Contoh: mahalan C, ‘lebih mahal C’ dan murahan D, ‘lebih murah D’.
4. Dasar ajektiva berprefiks ter-
Pemberian prefiks ter- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal ‘paling’. Contoh: tertinggi, ‘paling tinggi’ dan terbesar, ‘paling besar’.
5. Dasar ajektiva berkonfiks ke-an
Pengimbuhan konfiks ke-an pada dasar ajektiva akan memberi makna gramatikal ‘agak’ bila ajektiva itu memiliki komponen makna (+ warna). Contoh: kehijauan, ‘agak hijau’ dan kebiruan, ‘agak biru’.
Makna gramatikal ‘agak’ sering lebih dipertegas dengan pengulangan, sehingga menjadi: kehijau-hijauan, kebiru-biruan.
6. Dasar ajektiva berklofiks me-kan
Dasar ajektiva berklofiks me-kan memiliki makna gramatikal ‘menyebabkan jadi (dasar)’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ sikap batin). Contoh: mengecewakan, ‘menyebabkan kecewa’ dan memilukan, ‘menyebabkan pilu’.
7. Dasar ajektiva berklofiks me-i
Dasar ajektiva berklofiks me-i memiliki makna gramatikal ‘merasa pada’ apabila bentuk dasarnya memiliki komponen makna (+ rasa batin). Contoh: mencintai, ‘marasa cinta pada’ dan mengasihi, ‘merasa kasih pada’.
8. Dasar latin berkomponen makna (+ keadaan)
Nomina untung dan rugi memiliki komponen makna (+ keadaan). Bentuk-bentuk bukan untung, bukan rugi, tidak untung dan tidak rugi sama-sama berterima. Dengan demikian bentuk turunan beruntung bisa disebut berkategori ejektiva. Kata turunan merugikan bisa disebut berkategori verba juga bisa termasuk kategori ajektiva.
9. Pembentukan ajektiva dengan “afiks” serapan
Menurut buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan buku Pedoman Pembentukan Istilah (PPI), penyerapan bahasa Asing dilakukan secara utuh, bukan terpisah antara dasar dengan afiksnya.
a.) kata serapan dari bahasa Inggris dan Belanda
Yang berkategori ajektiva dapat dikenali dari ‘akhiran’. Contoh:
-if pada kata: aktif, pasif, edukatif, primitif, konsumtif.
-ik pada kata: akademik, patriotik, mekanik, kritik.
-is pada kata: kronologis, egois, nasionalis, teknis.
-istis pada kata: materialistis, optimistis.
-al pada kata: gramatikal, konseptual, material, individual.
-il pada kata: komersil, prinsipil.
b.) kata serapan dari bahasa Arab
Yang berkategori ajektiva dapat dikenali dari ‘akhiran’. Contoh:
-i pada kata: rohani, jasmani, alami, abadi.
-iah pada kata: alamiah, jasmaniah, Islamiah.
-wi pada kata: kimiawi, duniawi, manusiawi.
-in pada kata: muslimin, mukminin, hadirin.
-at pada kata: hadirat, mukminat, muslimat.
Sumber:
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar